MATACYBER.COM | Cilegon, - Angka stunting di Kota Cilegon kembali turun. Bila pada validasi Februari 2023 mencapai 1.144 kasus, lalu validasi Agustus 2023 menjadi 944 kasus dan pada validasi terbaru Februari 2024 menjadi 876 kasus.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cilegon Lia Nurlia Mahatma mengatakan, data penurunan anak stunting 876 kasus berdasarkan hasil elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon.
Dia bilang, Dinkes telah melakukan rekap data individu dan melakukan penimbangan terhadap anak, terutama di Posyandu serta mengolah hasil input data tersebut menjdi status gizi.
"Ada penurunan kasus stunting sekitar 68 anak dalam waktu satu semester terakhir. Meski terjadi penurunan, kami belum bisa puas begitu saja dan akan kami tindaklanjuti dengan program berikutnya yaitu pelaksanaan audit kasus stunting di Kota Cilegon," kata Lia, Rabu, 24 April 2024.
Selama ini, kata Lia, sejumlah program dari berbagai stakeholder sudah dilakukan untuk menurunkan stunting. Mulai dari pemberian makanan tambahan (PMT), program dapur sehat atasi stunting (dashat), serta mengangkat orangtua asuh baik dari industri maupun Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang disalurkan melalui Baznas.
"Untuk menurunkan stunting ini tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu keterlibatan semua pihak. Makanya setelah ini kita akan lakukan audit stunting untuk mengetahui sejauh mana penurunan yang sudah kita intervensi dari berbagai sisi ini," jelas Lia.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cilegon, Asikin, menambahkan, audit stunting akan digelar mulai awal Mei 2024.
"Kami sudah tetapkan sampelnya sebanyak 385 yang terdiri dari balita 140 anak, ibu hamil 145 orang, calon pengantin 44 orang, dan ibu nifas 57 orang yang terbagi di seluruh Puskesmas se-Kota Cilegon," kata Asikin.
Menurut Asikin, audit terhadap sampel ini dilakukan untuk mengidentifikasi resiko dan penyebab resiko pada kelompok sasaran berbasis survailens rutin atau sumber data lainnya. Selain itu, juga untuk mengetahui penyebab masalah anak stunting apakah karena faktor pola asuh, faktor lingkungan, pendidikan atau ekonomi.
"Kami berharap, audit stunting kali ini berjalan lancar sehingga dapat mengetahui secara detail akar penyebab stunting dan pencegahan stunting dapat dilakukan secara tepat sasaran," ungkapnya.
(Hendra/Red)