PANDEGLANG, - Dalam rangka melestarikan seni budaya di momentum hari kemenangan, Keluarga Besar Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Peguron Jalak Banten Nusantara (PJBN) berkolaborasi dengan Lembaga kebudayaan Pandeglang menggelar Festival perlombaan Gebrak Ngadu Bedug. Acara tersebut di gelar selama tiga hari, dari Jumat hingga minggu 30 April, di Alun-alun Pandeglang. Jumat, (28/04/2023).
Turut hadir dalam acara tersebut, Ketua Umum DPP PJBN Abah KH. Tb. Sangadiah, MA., Ketua Harian DPP PJBN, Hj. Ratu Ageng Rekawati., Panglima Komando DPP PJBN Rd. Arya Banda Yudha., Pj Gubernur Banten Al Muktabar., Kapolda Banten yang diwakili oleh Dirtahti Polda Banten AKBP Dr. H. Agus Rasyid, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang Neneng Nuraeni, dan ribuan masyarakat Pandeglang.
Sebanyak 15 kampung di Kabupaten Pandeglang mengikuti festival Lomba Gebrak Ngadu Bedug, untuk memperebutkan piala bergilir Sanga Cup.
"Alhamdulillah acara pembukaan Festival Perlombaan Gebrak Ngadu Bedug berjalan dengan lancar, semoga dengan adanya acara ini dapat bermanfaat untuk masyarakat Pandeglan, khususnya bagi para pelestari seni budaya," Kata Ketua Harian DPP PJBN, Ratu Ageng Rekawati.
"Karena Seni budaya warisan peninggalan sejarah dari leluhur kita ini mesti kita jaga bersama-sama, kita lestarikan bersama-sama, jangan sampai ada yang punah," Tambahnya.
"Acara Ngadu Bedug ini juga di meriahkan dengan sejumlah atraksi debus, dan pertunjukan dari tarian seni budaya yang hampir punah, yaitu kuda lumping atau biasa disebut jaran kepang, karena kuda lumping atau jaran kepang ini sudah lama sekali tidak di lestarikan kembali, maka dari pada itu mari kita bersama-sama menjaga warisan sejarah seni budaya dari para leluhur kita," Ujarnya.
Sementara, Bunda Ratu Anita menyampaikan bahwa Ngadu Bedug ini merupakan kali pertama diadakan oleh Abah KH Tb Sangadiah, yang bertujuan untuk menjalin silaturahmi dan menghidupkan kembali tradisi peninggalan dari leluhur.
“Kompetisi Gebrag Ngadu Bedug ini bisa mempersatukan antar kampung, dan meminimalisir konflik antar kampung, selain mengangkat sejarah budaya tradisi khususnya di Pandeglang,” jelas Bunda Ratu Anita.
Laporan: Deni,S