Notification

×

Kode Iklan Disini

Kode Iklan Disini

PUASA RAMADHAN MENGAJARKAN KEDISIPLINAN

Sabtu, 25 Maret 2023 | 21.22 WIB Last Updated 2023-03-25T15:27:34Z
Suroj Al bantaniKetua Pimpinan Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Kota Cilegon

CILEGON | MATACYBER - Bulan yang penuh berkah dan ampunan telah tiba. Kita sudah berada di bulan tersebut, bulan Ramadhan 1444 H./2023 M. Sungguh tak terasa, Ramadhan 1443 H /2022 M seperti baru kemarin, jajanan hari raya idul fitri juga masih terpajang di atas meja. Baju baru pun masih terlipat rapi karena baru terpakai sekali. 

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terbendung dan tidak bisa diajak kompromi. Perasaan diri terasa masih muda, padahal faktanya selalu berproses menjadi tua. Karena itu akan merugi kalau tetap tidak sadar dan tidak mendisiplinkan diri dalam beribadah. 

Puasa Ramadhan mengandung banyak hikmah di dalamnya, salah satunya adalah dapat membentuk pribadi yang berkarakter disiplin, rajin dan bertanggung jawab, melalui pembiasaan mentaati dan mematuhi perintah serta menjauhi larangan Allah Swt selama puasa Ramadhan, baik di kala sepi maupun di saat ramai, di waktu sendirian maupun ketika bersama orang.

Karena itu, seorang muslim yang taat pastilah pribadi yang rajin, disiplin dan bertanggung jawab, karena telah terbiasa menjalankan syariat agama tepat pada waktunya; sholat dikerjakan pada waktunya, haji dikerjakan pada hari-hari yang sudah ditentukan, puasa juga dilaksanakan di hari-hari yang telah ditentukan saja.

Perilaku disiplin juga dibudayakan dalam tradisi masyarakat Jawa, utamanya dalam ritual megengan, yaitu sebuah ritual khusus untuk mapag (menyambut) datangnya bulan Ramadhan. Megengan berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti menahan nafas. Megengan dilaksanakan menjelang bulan puasa Ramadhan yang dimaknai untuk menahan diri dari hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa dan menghindari perbuatan yang dapat membatalkan puasa.

Megengan juga dimaksudkan sebagai ritual bersih-bersih diri dari dosa dan permohonan kepada Allah Swt. agar diberikan kekuatan lahir maupun batin dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, yang disimbolkan dengan mandi keramas, bagi bagi makanan kepada tetangga dan sanak saudara, yang salah satu makanannya ada apem sebagai simbol permohonan maaf seseorang, dan diakhiri dengan berziarah ke makam leluhur untuk mendoakan dan memohonkan ampunan Allah Swt. Dan malam nya ngeriung sambil menunggu sidang itsbat penetapan 1 syawal oleh pemerintah.

Dalam berpuasa, pembiasaan berperilaku disiplin dimulai sejak berniat. Selain harus dilakukan dengan penuh keikhlasan, niat juga harus dilakukan dengan penuh kesadaran akan mentaati aturan. Hal ini dimaksudkan agar puasanya menjadi berkualitas dan sempurna, karena banyak orang yang berpuasa namun tidak memberikan pengaruh apapun dalam kehidupannya. 

“Betapa banyak orang yang berpuasa, dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (H.R. An-Nasai). 

Laparnya bisa sama, dahaganya bisa sama, namun kualitas berpuasanya yang tidak sama, dan ini yang membedakan derajat pahala puasa seseorang.

Pembiasaan berperilaku disiplin dalam  puasa Ramadhan dapat kita hayati diantaranya melalui, 

pertama: Pembiasaan disiplin dalam mentaati aturan agar puasanya menjadi berkualitas dan sempurna dengan berprilaku yang lebih baik selama di bulan Ramadhan, membiasakan rajin melaksanakan amalan ibadah, menunaikan perintah dan menjauhi larangan-larangan yang dapat mengurangi pahala puasa.

Kedua: Disiplin dalam pemanfaatan waktu. Sahur dikerjakan diwaktu yang telah ditentukan. Bila sudah dikumandangkan tanda-tanda imsak dari masjid atau musholla, maka saur harus segera diakhiri. Berbuka juga dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Bila adzan magrib terdengar, maka harus disegerakan berbuka. Selain itu, sebisa mungkin kita tidak menunda-nunda pekerjaan, mengulur-ngulur waktu, dan selalu disiplin dalam memulai serta mengakhiri pekerjaan.

Ketiga: Disiplin bersikap jujur, berbicara yang baik, tidak bohong, amanah, dengan cara melatih diri untuk bertanggung jawab dan jujur pada diri sendiri. Ibadah puasa bersifat sangat privasi, pribadi dan rahasia. Tidak ada yang mengetahui diantara sesama manusia, siapa yang berpuasa dan siapa yang tidak berpuasa. Hanya dirinya sendiri dan Allah Swt saja yang mengetahuinya, karena semuanya bisa dibuat-buat, bisa mengaku berpuasa atau secara dhohir kelihatan seperti orang puasa, padahal dia tidak berpuasa. Sebuah hadis Qudsi menjelaskan bahwa:

“Segala amal ibadah anak Adam adalah miliknya kecuali puasa. Ia adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya”. (HR. Bukhori).

Sikap jujur pada diri sendiri ini akan muncul apabila mempunyai kontrol diri, yaitu keyakinan bahwa Allah Swt selalu mengetahui dan mengawasi semua perbuatan yang kita lakukan, baik yang dirahasiakan atau yang tidak dirahasiakan. Bahkan apa yang masih ada dalam niatan saja Allah Swt sudah mengetahuinya.
Keyakinan akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan ini yang akan menginisiasi dan memotivasi serta mengontrol diri untuk selalu melakukan perbuatan kebaikan, patuh dan taat kepada aturan, serta menghindari seluruh larangan, baik dikala sepi, atau dikala ramai, ada orang maupun tidak ada orang. Karena dalam melakukan kebajikan, bukan karena ingin di puji, namun hanya karena mengharap ridha Ilahi.

Keempat: Disiplin dalam menahan diri. Melatih rohani untuk mengendalikan diri dari godaan hawa nafsu dan keinginan yang dapat mengurangi pahala, apalagi yang dapat membatalkan puasa, mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Melatih diri untuk tidak ingin dipuji atau dihormati orang (riya’), dan merasa dirinya lebih baik. Tidak mencaci, tidak menggunjing orang, tidak mengadu domba, tidak memfitnah, dan  mencela. Harus sabar dan peduli terhadap sesama, tidak berkata kotor dan tidak berbohong, karena: “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (HR.Bukhori)

Kelima: Disiplin berjuang (berikhtiyar) dalam melakukan kebaikan untuk mencapai derajat taqwa. Mencapai sesuatu harus diikhtiarkan dengan cara-cara yang baik dan elegan. Semoga kebaikan kita di bulan Ramadhan ini akan terus terjaga dan istiqomah terus di bulan-bulan setelah Ramadhan. Semoga ibadah puasa kita diterima Allah Swt dan kita bisa mencapai derajat taqwa. Aamiiin Ya Robbal Alamin.

Penulis oleh: Suroj Al bantani
Ketua Pimpinan Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Kota Cilegon

Tidak ada komentar:

               
         
close